Selasa, 22 Juli 2014

Puisi Batin

Terusan Ingkar


Berarti ataukah percuma

Air mata atas ingkar

Kemana jejak kasihmu

Detik ini tak lagi kuresapi untaian kata

Tangis yang garang

Mungkinkah akan padam

Binar mata yang pernah kusaksikan

Kini tak lagi ada

Fakta memang

Bukan fiktif

Eluh pun membekas kasar

Ingkarmu begitu abstrak

Harapan akhir

Tersenyum hingga sirna ingkarmu

Minggu, 20 Juli 2014

Puisi Hati

Ingkar

Mengucap janji itu  gampang
Mengucap janji itu tak berbeban
Bahkan hal itu  dijadikan nyanyian
Nyanyian asmara
Tapi satu hal
Beribu janji sekalipun
Apakah bisa
Apakah iya
Untuk menepatinya
Jangan ucap tak sanggup
Ingkar apakah kan jadi balasan
Derai air mata ini berucap
Batin ini pun berisak
Usapkan eluh
Atas ingkar olehmu

Sabtu, 19 Juli 2014

Pesan Cinta

Cinta adalah rasa. Rasa yang harus direalisasikan. Karena, tanpa adanya tindakan nyata itu hanya sia-sia. Yakinkanlah jika seseorang itu adalah sosok yang dapat menimbulkan rasa, maka dia dapat  dikatakan cintamu. Rasa cinta di dalamnya terdapat kasih dan sayang. Kasih adalah mengasihinya dan sayang adalah menyayanginya. Jangan pernah menyakitinya karena itu adalah di luar dari komitmen cinta. 
Ketika kamu mencintainya ingatlah dan perlu kamu ketahui bahwa dalam mencintai kita harus memiliki komitmen layaknya janji terhadap hal yang agung. Setia adalah salah satu komitmen tersebut. Dengan setia maka tidak akan ada tangis kesedihan, yang ada hanya senyum kebahagiaan.
Selamat kepada kalian yang sampai saat ini bisa mempertahankan cinta itu. Pesan saya selalu tanamkan komitmen setia dalam cinta yang kalian rajut. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan kepada kalian perajut cinta. :)

Selasa, 01 Juli 2014

KRITIK SASTRA NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

KRITIK SASTRA NOVEL “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”

Oleh : Nani Setyawati




Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye merupakan novel yang digemari pembaca dalam kesusasteraan Indonesia.

Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan. Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya wajah yang menawan.

Suatu ketika Danar memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan ibunya tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Tania dan Dede bisa kembali sekolah dan ibunya berjualan kue. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Suasana agak berubah ketika Danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu.

Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawab menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya. Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar juga semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.

Tapi cinta Tania terhadap Danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania, jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Ia memutuskan untuk tidak hadir dalam pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna telah membujuknya.

Beberapa waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga Danar dan Ratna tidak bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar telah banyak berubah. Danar menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di rumah. Ratna tahu ada sesuatu yang menghalangi mereka, ada seseorang di antara ia dan Danar tapi ia tidak pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel "Cinta Pohon Linden" yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.

Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya.

Sebelum saya melakukan kritikan terhadap novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”, saya akan menganalisis novel tersebut terlebih dahulu. Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel ini adalah sebagai berikut;

Unsur Intrinsik
a.       Tema     : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b.      Gaya Bahasa:
·           Hiperbola        : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
·           Metafora         : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
·           Personifikasi    :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
·           Personifikasi    :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
c.       Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.      Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·         Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·         Ramah (Disukai banyak orang)
·         Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
·         Pantang menyerah (Menjalani   
Dede:
·         Suka iseng
·         Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
·         Sifat polos yang kental
Ibu
·         Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
·         Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)
Danar :
·         Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·         Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·         Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
·         Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
·         Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·         Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
·         Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)
e.       Alur          : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f.       Latar        :
·           Tempat            : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
·           Waktu             : Pagi, siang, sore dan malam
·           Suasana           : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.      Amanat    :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.      Plot           :
·         Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
·         Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·         Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·         Antiklimaks:
 Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)

Setelah melakukan analisis pada novelDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” maka dapat dilakukan penilaian yaitu tentang kelemahan dan kelebihan pada novel tersebut.

Kelemahan novel ini antara lain; menurut saya ceritanya klise, agak mirip sinetron. Karya Tere Liye yang lainnya selalu bisa membuat saya betah membaca tanpa  ada keinginan untuk melompati masing-masing bagian cerita. Tapi ketika membaca novel ini, berkali-kali saya lewatkan bagian-bagian yang terasa membosankan. Berbeda dengan karya Tere Liye yang lain, yang meskipun sederhana tapi bisa terasa istimewa lewat penuturannya yang apa adanya. Tapi tetap saja novel ini memberikan pelajaran. Terutama filosofi "daun yang jatuh tak pernah membenci angin". Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan. 
Kelemahan lain dari novel ini  sepertinya Tere Liye tidak memakai Editor atau penyunting dalam penerbitan novelnya, saya tidak melihat nama editor di halaman ISBNnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa kalimat rancu dan kurang efektif di dalamnya. Apalagi tanda bacanya banyak sekali yang terlewatkan. Tapi, semua itu tidak mengurangi makna ceritanya.

Novel ini cukup membuka mata kita bahwa cinta tak pernah mengenal usia dan cinta butuh suatu kejujuran sekalipun pahit rasanya harus kita katakan  sebelum akhirnya cinta itu  justru menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Novel ini dibuat seperti teka-teki pada alur cerita dan pada nama tokohnya, sehingga membuat pembacanya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai selesai. Meskipun begitu, alur campuran yang digunakan kadang cukup membuat pembacanya menjadi cukup kesulitan. Bagian akhir cerita yang tidak digambarkan secara jelas juga membuat pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai kemauannya.

Kelebihan novel ini, banyak sekali tentunya. Tere Liye berhasil mengajak pembaca untuk memiliki logika berpikir yang lebih rasional dan berbeda. Mengambil kesimpulan tidak hanya dari satu sudut pandang, tapi lihatlah sudut pandang lainnya. Dengan demikian, segalanya akan terasa adil dan masuk akal. Dan kamu akan menerima segala sesuatunya dengan lapang tanpa membantah, seperti daun yang tidak pernah membenci angin yang menerbangkannya ke sana kemari. Kita harus menerima takdir dan garis kehidupan yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi, hidup harus terus berjalan.

Bahasa yang digunakan dalam novel ini  cukup puitis, penggunaan bahasanya sangat tepat sehingga mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul ketika membacanya. Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami bagi kaum awam. Bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi dan dialog, sehingga ketika membacanya tidak memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah terlihat sangat bervariatif, segar, dan menarik.

Akhirnya karya Tere Liye ini memberikan pemahaman kepada kita khususnya remaja saat ini, bahwa cinta itu tak pernah mengenal usia dan butuh  sebuah kejujuran. Kita tidak boleh membenci orang yang telah membuat kita jatuh cinta kepadanya meskipun kita telah tersakiti.