BERBAGAI ALIRAN DALAM SASTRA
REALISME, EKSPRESIONISME, DAN
NATURALISME
Karya sastra sebagai karya seni tidak akan terlepas
dari pengaruh aliran yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut. Menurut
Korrie Layun Rampan, aliran sastra dapat diartikan sebagai hasil ekspresi para
sastrawan yang meyakini bahwa jenis sastra yang mereka ciptakan itulah hasil
sastra yang cocok pada zamannya.
Aliran sastra berasal dari kata Stroming (bahasa Belanda) yang mulai
muncul di Indonesia pada zaman pujangga baru. Kata itu bermakna keyakinan yang
dianut golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang
paham-paham lama.
Aliran sastra pada dasarnya berupaya menggambarkan prinsip (pandangan
hidup, politik, dll) yang dianut sastrawan dalam menghasilkan karya sastra.
Dengan kata lain, aliran sangat erat hubungannya dengan sikap/jiwa pengarang
dan objek yang dikemukakan dalam karangannya.
Pada prinsipnya, aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni
(1) Idealisme, dan (2) Materialisme. Aliran Idealisme
dapat dibagi menjadi (a) Romantisme, (b) Simbolik, (c) Mistisme,
dan (d) Surealisme. Sedangkan Materialisme dibagi menjadi (a) Realisme,
(b) Naturalisme, (c) Impresiolisme, (d) Ekspresionisme.
1. REALISME
Aliran ini
mengutamakan realitas kehidupan. Sastra realis merupakan kutub seberang dari
sastra imajis. Apa yang diungkapkan para pengarang realis adalah hal-hal yang
nyata, yang pernah terjadi, bukan imajinatif belaka. Biografi, otobiografi,
true-story, album kisah nyata, roman sejarah, bisa kita masukkan ke sini.
Sastra realis juga berbeda dengan berita surat kabar atau laporan kejadian,
karena ia tidak semata-mata realistik. Sebagai karya sastra, ia pun dihidupkan
oleh pijar imajinasi dan plastis bahasa yang memikat.
Novel
“Fatimah“ karya Titie Said, “Rindu Ibu adalah Rinduku” karya Motinggo Boesye,
“Bilik-bilik Muhammad” karya A.R.Baswedan, skenario “Arie Anggara“ karya
Arswendo Atmowiloto, novel biografis “Pangeran dari Seberang“ karya N.H.Dini
tentang Amir Hamzah, novel “Dari Hari ke Hari“ Mahbub Junaidi, “ Guruku Orang
Pesantren “ Syaifuddin Zuhri merupakan sekadar contoh sastra realis ini. Ia
berusaha berjujur terhadap kenyataan, tetapi hal-hal yang peka, diungkapkan
dengan cukup etis dan sublim.
M.H. Abrams dalam kamusnya “ Glossary of Literary Terms “
menyebutkan bahwa realisme digunakan dalam 2 pengertian :
a.
Untuk mengidentifikasi gerakan sastra pada abad XIX, khususnya prosa fiksi.
b.
Menunjukkan cara penggambaran kehidupan di dalam sastra. Fiksi realistik sering
dioposisikan dengan fiksi romantik. Di dalam romantik disajikan kehidupan yang
lebih indah, lebih berani mengambil resiko, dan lebih heroik, dari pada yang
nyata.
Contoh lain karya sastra beraliran realisme :
Puisi berjudul “Pertemuan” karya Chairil Anwar.
Kalau
kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
2. EKSPRESIONISME
Aliran ekspresionisme adalah aliran
dalam karya seni, yang mementingkan curahan batin atau curahan jiwa dan tidak
mementingkan peristiwa-peristiwa atau kejadiankejadian yang nyata. Ekspresi
batin yang keras dan meledak-ledak. biasa dianggap sebagai pernyataan atau
sikap pengarang. Aliran ini mula-mula berkembang di Jerman sebelum Perang Dunia
I, Pengarang Indonesia yang dianggap ekspresionis ialah Chairil Anwar.
Aliran Ekspresionisme juga
terdapat pada karya sastra, dan seni (film,
arsitektur, music). Dalam aliran seni ekspresionisme diartikan sebagai
aliran seni yang melukiskan perasaan dan pengindraan batin yang timbul dari pengalaman
di luar yang diterima, tidak saja oleh pancaindra melainkan juga oleh jiwa
seseorang.
Dalam kesusastraan aliran
ini lebih dikenal sebagai aliran yang mendasarkan pada ajaran-ajaran filsafat
eksistensialisme. Antara lain, bahwa hakikat manusia berbeda dengan alam.
Manusia terus melakukan pembaharuan terhadap dirinya. Aliran ini terkenal di
Prancis yang dipelopori oleh John Bole. S, yang menegaskan pada hakikatnya
manusia adalah makhluk yang bebas, karna ia tidak didikat oleh aturan-aturan
yang menghalangi kebebasannya. Pada akhirnya aliran aliran ini memunculkan
eksprasi subyektivitas manusia, dan hak-haknya yang bebas dan berpikir
sebagaimana yang disukai.
Contoh karya sastra
beraliran ekspresionisme : Puisi berjudul “Doa” karya Chairil Anwar.
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
3.
NATURALISME
Naturalisme adalah aliran yang cenderung melukiskan
kenyataan-kenyataan yang buruk, kejelekan-kejelekan atau kekurangan-kekurangan
tentang keadaan masyarakat atau sifat manusia.
Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam
semesta yang bersifat fatalistis dan mekanis. H.B. Jassin mengatakan bahwa
naturalisme berdasarkan filsafat materialisme adalah pikiran bahwa apa yang
bisa diraba dengan pancaindera itulah kebenaran.
Aliran naturalisme berkembang pada akhir abad ke-19. Orang
yang pertama kali memperkenalkan aliran ini adalah Honore de Balzac lewat
novelnya yang berjudul La Comedie Humaine dan Le Pere.
Contoh karya sastra beraliran naturalisme : Cerpen / Roman
karya Moetinggo Busye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar